Ada yang tahu, gimana rasanya berada dalam situasi dan kondisi di mana 'Lo maju, lo disiksa orang. Lo mundur, lo nyiksa orang'? GUE TAHU RASANYA.
Ya. Layaknya makan buah Simalakama. Serba salah. And I'm feeling it, now.
Lima bulan yang lalu, gue adalah orang yang paling excited tentang Beasiswa Ikatan Dinas di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Bekasi. Gue belajar segiat mungkin. Gue berdoa di setiap waktu. Gue menangis dan bahkan menjerit kepada Sang Illahi Rabbi agar cita-cita gue -sebagai penerima beasiswa pendidikan sekaligus ikatan dinas- tercapai.
You know what? That was happened!
Ya. Senyum yang mengembang dan tawa yang riang menghiasi hari-hari gue ketika gue diberi tahu bahwasannya gue lulus setelah melewati beberapa tahapan tes demi beasiswa tersebut.
"Selamat! Anda direkomendasikan sebagai penerima Beasiswa Ikatan Dinas ..."
Bahkan, ketika salah seorang Dosen bertanya kepada kami selaku penerima beasiswa apakah kami berniat untuk mengambil beasiswa itu atau tidak, gue lah orang pertama yang meng-iya-kan akan mengambil beasiswa tersebut dan siap untuk mengikuti Ikatan Dinas selama 7 tahun di Rumah Sakit.
Hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan berjalan perlahan tapi pasti. Gue termenung, takut, dan suasana hati kacau seketika tatkala gue mendengar cerita salah seorang karyawan rumah sakit yang memarahi bawahannya dengan untaian kalimat bernada agak kasar cenderung mem-bully ketika kedatangan 'anak baru'.
Gue mulai bertanya-tanya dalam hati, "Apakah gue akan seperti itu nantinya? Tujuh tahun?"