Monday, December 29, 2014

Katakan: Dunia, Aku Hidup Kembali!



"Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi."

(Ilana Tan, Autumn in Paris)

Ada yang tahu bagaimana rasanya jatuh ke dalam kesalahan terburuk -layaknya jatuh ke dalam jurang terdalam- dalam hidup?

Aku tahu rasanya.

Sakit. Perih. Berdarah.

Setahun yang lalu, sakit itu menderaku. Sebagai seorang siswi kelas XII SMA, hari-hari-ku disibukan dengan belajar, belajar, dan belajar. Baik belajar untuk Ujian Nasional maupun Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kala itu, aku termasuk salah satu siswi yang sangat mengidam-idamkan menjadi mahasiswi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Tiap kali ada brosur dari Perguruan Tinggi Swasta, selalu aku hiraukan. Karena tujuanku satu: Aku adalah calon mahasiswi Perguruan Tinggi Negeri 2013.

Perjalanan pertamaku dimulai. Aku mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta "Undangan" [baca: sistem penerimaan mahasiswa baru PTN lewat seleksi nilai rapor dan tanpa tes] masuk Perguruan Tinggi Negeri 2013. Dengan percaya dirinya, aku mendaftarkan diri secara online dan mengikuti tahap demi tahap pengisian form yang disediakan.

"Undangan ini sifatnya keberuntungan, lho, ya. Jangan pernah menganggap teman yang sehari-harinya menurut kamu kurang layak, lalu gak lulus undangan. Bisa saja dia yang beruntung sedangkan kamu tidak. Pilihlah jurusan yang kamu sukai. Jangan melihat PTN-nya. Semua PTN itu baik dan bagus." Tegas Pak Nasahi, guru Bimbingan Konseling di SMA-ku dulu.

Masih segar dalam ingatanku, kala itu, aku memilih dua PTN dengan dua program studi (prodi) di masing-masing PTN. Pilihan pertamaku adalah Universitas Padjadjaran dengan prodi farmasi dan teknologi pangan. Sedangkan pilihan keduaku adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan prodi farmasi dan kesehatan masyarakat. Dilihat dari prodi yang dipilih, aku cenderung memilih farmasi sebagai prodi prioritas. Mengapa? Karena farmasi itu berhubungan dengan kimia. Dan segala yang berbau kimia itu menyenangkan, menurutku.